Bismillahirrahmanirrahim...

   Apa kabar semua? Semoga senantiasa dalam perlindungan Allah. Aamiin...

Bagi sebagian besar santri termasuk saya tentunya, libur dan pulang adalah hal yang paling ditunggu. Rasanya sangat senang bila bisa pulang ke rumah saat libur. Namun, pulang kali ini tidak begitu menyenangkan. Mengapa? Karena pulang ini dikarenakan adanya wabah ujang corona.

   Di masa pandemi covid-19 ini, sebagian besar pesantren memulangkan santri-santrinya sebelum berlaku PSBB, dan melakukan pembelajaran secara daring. Namun, banyak juga pesantren yang memberlakukan lockdown, dimana santri di pesantren tersebut tidak boleh di jenguk, dan tidak boleh ada orang lain masuk ke lingkungan pesantren.

   Sebelumnya, Ponpes At-Tadzkir, juga berencana melakukan lockdown. Tetapi, karena beberapa alasan akhirnya dengan berat hati, Aa Haji memulangkan santri-santrinya. Semuanya pulang kecuali pengurus OSPAT.

   Awalnya cuma sampai tanggal 15 April, tapi diperpanjang lagi sampai Mei, dan diperpanjang lagi sampai 3 Juni 2020.

   Libur yang terlalu panjang terasa membosankan dan menimbulkan kerinduan yang besar. Banyak hal yang saya rindukan dari pesantren, beberapanya adalah:

1. Guru

Ponpes At-Tadzkir, KH. Didin Misbahuddin, M.Ag
Syaikhuna Aa Haji dan Teteh Hajah, Pengasuh Ponpes At-Tadzkir

Ponpes At-Tadzkir, SMP IT AT-TADZKIR
Dewan Guru SMP IT AT-TADZKIR

   Yaps.. yang paling saya rindukan adalah Guru. Mengapa? Ya.. Karena kalau tidak ada Guru, tidak akan ada pesantren. Walaupun ada, buat apa mesantren kalau tidak ada gurunya... Iya kan?

   Bagi santri dan pelajar, tiada hari tanpa berpapasan dengan Guru. Baik di sekolah maupun di madrasah. Biasanya, paling lama tidak berpapasan dengan guru adalah selama liburan semester.

   Guru merupakan orang tua sekaligus murobbi dalam kehidupan. Guru/ Murobbi membimbing murid bukan hanya ke depan pintu syurga, tapi masuk ke dalamnya, bahkan mencapai Robb, dzat Yang Maha Esa, Allah Subhanahu Wa Taala.

   Sungguh, rasa kerinduan murid kepada Guru itu sangat besar, bahkan melebihi rasa rindu anak kepada orang tua saat berada di pesantren.


2. Kebersamaan dengan Kawan


Ponpes at-tadzkir, pawai santri
Santri At-Tadzkir ketika akan pawai bersama


 Saya sangat merindukan kawan-kawan di pesantren. Tentu karena di pesantren tidak lepas dari teman. Dari luasnya pesantren At-Tadzkir dan waktu sehari semalam, mungkin tidak ada bagian yang sepi kecuali gurfah saat santri sedang mengaji.

 Suasana ramai seperti itu mungkin tidak bisa ditemukan kecuali di pesantren. Bahkan tempat ramai seperti pasar pun tidak seperti di pesantren.

    Di pesantren hampir segala hal di lakukan bersama, apalagi saat bulan Ramadhan seperti ini. Mulai dari sholat berjamaah, tadarus bersama, nyuci bersama, bersih-bersih bersama, bahkan setiap hari kami bisa bukber tanpa adanya rencana sebelumnya.. hehe🤗


3. Masjid, Sekolah, Asrama, Kamar Mandi, dll (Pokoknya Bangunan Pesantren)


Ponpes At-Tadzkir,
Masjid Jami At-Taqwa

    Banyak pakar kesehatan dunia yang menyatakan bahwa orang dewasa setidaknya berjalan 10.000 langkah per hari. Seorang santri mungkin bisa memenuhi standar ini perharinya. Bagaimana tidak? Bangun tidur harus ke kamar mandi, lalu ke masjid, pulang lagi ke gurfah, kemudian pergi ke kelas mengaji, pulang lagi ke gurfah, beli sarapan.... dan seterusnya... Dengan satu tahun  jalan kaki seperti itu, seorang santri mungkin bisa sampai ke Mekkah, Haha..😅

   Lain di pesantren, lain lagi di rumah, apalagi saat pandemi dan pemerintah menyarankan stay at home atau #dirumahaja. Setiap hari di rumah tanpa keluar tentu mengurangi jumlah banyaknya gerak. Betapa tidak? Dari gurfah ke kamar mandi saja butuh sekitar 15 langkah ditambah naik turun tangga. Sedangkan di rumah 5 langkah juga nyampe. Hal ini tentu mempengaruhi kesehatan dan membuat berat badan naik... Huhu..~ ( 😥 oh no! bagi cewek lain) ~ (🤣 yeah! Bagi saya karena bisa jadi lebih gendut..)


4. Bermacam Kegiatan

    Hoho.. diam diri di rumah? Mungkin sebagian orang mendapat kesibukan walau #dirumahaja. Tapi kalau santri, memang banyak kegiatan juga sih. Seperti membantu pekerjaan orang tua, dan mengerjakan tugas dari pesantren. Sebanyak apapun kegiatan santri di rumah, belum tentu bisa membandingi padatnya jadwal kegiatan di pesantren. Mulai dari mengaji, nyuci, bersih-bersih, dsb. Bahkan, di pesantren banyak sekali acara yang seru. Saking serunya, mata akan berusaha tidak mengikuti langkah syetan. Karena jika menutup sekali, mata ini tidak bisa lagi membuka sampai acara selesai. Beberapa acara tersebut adalah khithobah, PHBI dan PHBN, serta Manaqib, dan masih banyak lagi.

   Justru kesibukan seperti ini sangat dirindukan. Karena secapek apapun kita di pesantren, rasa capeknya jika kita ikhlas -niat khidmah- maka akan timbul barokah. Rasa capek akan hilang kala bersenda gurau bersama kawan dan sahabat. Oh.. rindunya.

    Alhamdulillah saat ini sudah ada berbagai media yang memudahkan kita untuk berkomunikasi sehingga bisa terlahir rasa kedekatan di hati walau jarak sebenarnya sangat jauh.

   Semoga kita dikuatkan oleh Allah dalam menghadapi musibah ini. Karena dibalik musibah selalu ada hikmah. Buktinya saja, saya bisa menulis ini. Kalau pandemi tidak terjadi, mungkin saya tidak bisa menulis ini.. Alhamdulillah..
 
   Sebetulnya masih banyak lagi sih, seperti seblak Bi Yuyum, kantin, dst. Sudah ya.. takut kepanjangan, nanti bikin males dibacanya. Hihi..

   Selama di rumah, apa yang kamu rindukan? Tulis di kolom komentar di bawah ya! Ditunggu nih...

Sekian dan wassalam,
Khairunnisa



1 Comments