Mata minus


  Mata minus.

   Hmmmm, mungkin kalian sering banget deh nemuin orang yang pakai kacamata karena matanya minus. Yup, mata minus atau dalam istilah medis disebut "miopi" adalah kelainan mata yang paling sering terjadi di masyarakat. Dari mulai anak SD sampai orang tua, pasti ada yang ngalamin mata minus. Yah, termasuk juga aku.

   Aku akan ceritakan ke kalian gimana awal mulanya mataku mulai rabun, suka dukanya, dan perjuanganku hingga aku bisa berdamai dengan keadaan dan menerima diriku dengan segala kekuranganku.

Mataku Mulai Rabun

   Waktu kelas 2 SD, tiap harinya itu duduknya bergantian, sekarang duduk di jajaran pertama besoknya di jajaran kedua, besoknya lagi jajaran ketiga, dst. Awalnya sih gak kerasa apa-apa, tapi lama-lama kalau duduk di bangku belakang huruf yang ada di papan tulis itu mulai agak buram, gak terlihat. 

   Aku pun cerita ke Mama bahwa penglihatanku agak rabun. Namun, waktu itu kakakku juga matanya sakit dan mungkin lebih parah dariku. Jadi Mama lebih mengedepankan pengobatan kakak lebih dulu. Dan aku harus bersabar menunggu hingga pengobatan kakak selesai dan dompet Mama kembali pulih.

   Hingga kelas 5 SD, mataku baru diperiksa.
Aku diperiksa di optik Kuningan. Dari pertama kali gejalanya kerasa sampai diperiksa jaraknya sekitar 3 tahun. Dan alhasil waktu itu kaget banget, baru pertama kali periksa hasilnya udah parah,,, minus lima.

   Sungguh kaget ketika menerima hasil pemeriksaan itu. Dan karena -5 itu parah, dan pertama kali bagiku untuk harus menggunakan kacamata, akhirnya pihak optik memberiku kacamata -4 saja, supaya gak begitu kaget, katanya.

Pertama Kali Pakai Kacamata

   Pas awal-awal pakai kacamata rasanya aneh dan malu.

   Hari pertama pakai kacamata ke sekolah, sudah terjadi kejadian yang lucu bet, dah. Mungkin karena belum terbiasa, pandangan agak pusing dan serasa tanah itu tidak rata, bergelombang. Waktu jalan kaki menuju rumah pas pulang sekolah. Dalam penglihatanku jalan dimana kakiku bertapak itu terasa turun. Dengan yakin kulangkah kan kaki, ternyata jalannya ada gonjlakan dan hasilnya,,, guling-guling-guling. Tubuh kecilku jadi terguling-guling ditanah, dan pulang sekolah harus menahan sakit karena luka lecet yang cukup banyak di bagian siku dan lutut, ditambah dengan cairan Betadine yang lebih membuatku menderita. Fufufu...

Bersyukur Punya Kacamata Cinta

   Mata minus ini cukup meresahkan bagiku, namun ya,, harus bagaimana lagi. Selama ini aku sudah 2 kali ganti kacamata, dan kacamata minus di atas minus lima itu cukup mahal. Biaya periksanya pun tergolong tinggi bagiku. Namun Mama dan kakak-kakakku berusaha untuk mendapatkan uang sebanyak itu agar aku bisa melihat indahnya dunia dengan jelas.

   Mungkin dengan mata minus ini, Allah ingin aku selalu bersyukur punya keluarga yang sangat hangat dan harmonis, walaupun korban broken home. Dan bersyukurnya lagi, mungkin dengan mata minus ini Allah mengampuni dosaku yang besar. Katanya, sakit itu mengifarati dosa.

   Dan aku juga bersyukur. Ketika melihat orang lain yang mempunyai segalanya, keluarganya lengkap, keinginannya selalu terpenuhi, dan punya mata sehat. Tapi untuk mengifarati dosa mereka, Allah berikan penyakit yang biaya pengobatannya lebih besar dan juga rasanya mungkin sakit sekali. Tapi menurutku mata minus ini memang merepotkan, namun tidak sakit..


Jadi, di tulisan ini aku ingin mengajak teman-teman semua selalu bersyukur. Karena apapun kekurangan yang diberikan Allah, selalu aja ada hal yang patut disyukuri dari kekurangan itu. Terus semangat sampai Allah berikan kebahagiaan!!!

Dahlan cape,,, sekian saja ya,, terimakasih telah membaca.

2 Comments